Diskursus ihwal identitas tidak pernah
tuntas dari pertarungan perebutan batas makna waktu dan ruang studi budaya.
Identitias dalam konteks budaya menjadi demikian penting. Ia menjadi penanda
seberapa besar seseorang merasa sebagai bagian dari sebuah entitas budaya atau
etnis tertentu dan bagaimana identitas ini memengaruhi perasaan, persepsi dan
perilakunya. Identitas budaya tidak pernah lepas dari faktor psikologis pribadi
terhadap kelompoknya.
Kontestasi tentang batas pemaknaan
identitas ini selalu menarik, lantaran identitas bukan sesuatu yang tetap, ia
selalu berubah. Konstruksi identitas dibangun melalui proses yang panjang.
Batas identitas selalu memunculkan titik perbedaan, ia terus bergerak selaras
dengan perkembangan peradaban. Identitas dalam konstruksi budaya selalu
mengalami pergeseran, perubahan, lentur, bahkan luntur. Jika kebudayaan yang
dianut sekelompok orang mulai luntur, maka luntur pula identitas anggota
kelompok tersebut. Di sinilah pentingnya konservasi nilai-nilai budaya guna
meneguhkan konstruksi identitas dan jati diri bangsa.
"Anasir budaya sebagai konstruksi jadi diri dapat digali dari khasanah teks sastra, sebab sastra tidak pernah lahir dalam situasi yang kosong budaya. Karya sastra acap kali lahir sebagai respon sastrawan terhadap situasi sosial budaya yang melingkupinya. Sastra dapat lahir sebagai resistensi terhadap dominasi, pada saat yang sama ia hadir sebagai wujud penerimaan kondisi budaya. Karya sastra secara simultan merefleksikan jati diri penulisnya sekaligus merepresentasikan identitas kultural masyarakat di sekitarnya"
Buku ini berupaya mendokumentasikan
identitas kultural wong Banyumas asli yang terepresetasi dalam teks sastra.
Buku ini hadir sebagai rujukan budaya tentang identitas yang genuin wong
Banyumas, yang saat ini telah mengalami pergeseran. Pada sisi yang lain, buku
ini ditulis sebagai sebuah upaya konservasi teks kearifan lokal Banyumas.
0 comments:
Post a Comment - Kembali ke Konten